Siapa yang sering dengar kata "Apa Cuma Gue..."?

Siapa yang sering dengar kata "Apa Cuma Gue..."?

“Apa cuma gue yang kalo ketemu orang baru gampang-gampang aja kenalannya?”

“Apa cuma gue yang gapapa kalo gak belanja sebulan?”

“Apa cuma gue yang bisa liat kalo cafe ini tuh aesthetic banget?”

 

Sering denger kalimat-kalimat itu? 

Apa cuma gue….. apa cuma gue… kalimat yang isinya kayaknya tentang si pembicara aja, seolah-olah cuma dia satu-satu nya orang di bumi, dan 7 milyar lainnya numpang aja ya hahaha.

 

Kalimat “apa cuma gue…” ini juga bikin impresi seolah dia paling beda, dan seolah mencari validasi dari orang lain ya. Setuju gak?

 

Nah, dalam dunia psikologi adalah satu istilah yang agak mirip-mirip dengan fenomena yang kita bahas tadi.

 

Narsisistik adalah istilah untuk menggambarkan orang yang mencintai diri sendiri secara berlebihan.

Orang yang narsisistik biasanya :

  • memandang diri paling unik dan berbeda
  • ingin diperlakukan secara spesial
  • self-centered
  • mencari ‘validasi’ dan ‘penerimaan’ orang lain
  • memandang orang lain lebih rendah dari pada dirinya
  • haus pujian dan perasaan dikagumi orang lain

 

Saking butuhnya sama pujian dan perasaan dikagumi orang lain, si narsisistik ini gak segan-segan untuk memanipulasi orang lain, biar berpikir seolah-olah dia yang paling keren, paling beda, paling kece. Makanya orang yang narsisistik ini juga memiliki empati yang rendah.

 

Kenapa bisa narsisistik ?

Salah satu penelitian menunjukkan bahwa narsisistik ini muncul dari perasaan insecure dan harga diri yang rendah. Seseorang merasa punya banyak kekurangan dan berbagai hal yang perlu ditutupi, sehingga ia berusaha mengatasi hal tersebut dengan menunjukkan kecintaan terhadap diri sendiri secara berlebihan.

 

Nah, sebenarnya orang yang narsisistik jarang menyadari bahwa dirinya memiliki kecenderungan narsisistik tersebut. Simply karena mencintai dirinya dengan berlebihan, sehingga tidak melihat sifat atau perilakunya sebagai suatu kekurangan atau kesalahan.

 

Jika kamu merasa memiliki kecenderungan itu, sebaiknya segera konsultasikan ke tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater, sebagai pihak yang boleh memberikan diagnosa. Kalau kamu perlu psikolog, kamu bisa konseling dengan psikolog Klee loh! Gunakan kode voucher "MULAIDARIKAMU" untuk potongan harga konseling sebesar 50%!

 

Referensi : 

American Psychological Association. (n.d.). Psychology. APA Dictionary of Psychology. Retrieved July 27, 2022, from https://dictionary.apa.org/narcissism

Devitt, J. (2021, March 25). Narcissism Driven by Insecurity, Not Grandiose Sense of Self, New Psychology Research Shows. NYU. Retrieved July 27, 2022, from https://www.nyu.edu/about/news-publications/news/2021/march/narcissism-driven-by-insecurity--not-grandiose-sense-of-self--ne.html

Kowalchyk, M., Palmieri, H., Conte, E., & Wallisch, P. (2021). Narcissism through the lens of performative self-elevation. Personality and Individual Differences, 177, 1-10. https://doi.org/10.1016/j.paid.2021.110780

Psychological Today. (n.d.). Narcissism. Psychology Today. Retrieved July 27, 2022, from https://www.psychologytoday.com/us/basics/narcissism

Kembali ke blog

Tulis komentar

Ingat, komentar perlu disetujui sebelum dipublikasikan.