Hoarding Disorder. Apa sih itu?

Hoarding Disorder. Apa sih itu?

Seseorang yang suka menimbun barang, susah membuang barang walaupun barang tersebut sudah tidak terpakai, bukan koleksi dan menurut orang lain tidak bernilai, seringkali disebut sebagai hoarder (pengidap hoarding disorder).


Bagi hoarder, barang kepunyaannya dianggap bernilai dan mungkin akan berguna di kemudian hari meski ia tidak pernah memakainya sampai hari ini.


Barang-barang yang dikumpulkan penderita hoarding disorder beragam, mulai dari koran, buku, makanan, benda kenangan, pakaian, struk belanja, alat rumah tangga, tas plastik, tanaman, hewan, hingga barang-barang bekas yang sudah kotor dan rusak. 

 

Selain karena mengira akan berguna di kemudian hari, hoarder juga menyimpan barang- barang tersebut karena barang-barang tersebut mengingatkan pada suatu peristiwa, dan membuat mereka merasa aman ketika dikelilingi barang-barang tersebut.

 

Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu :

  • Mengalami kejadian traumatis seperti pernah ditinggalkan oleh orang yang dicintai
  • Pernah kehilangan harta benda akibat bencana alam/ kebakaran/ musibah.
  • Dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengajari cara memilah/ merapikan barang
  • Memiliki keluarga yang menderita hoarding disorder 
  • Mengalami gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, ADHD, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD)

 

Orang yang suka simpan barang adalah normal sampai beberapa kriteria dari hoarding disorder ini muncul : 

  • Kesulitan untuk membuang benda yang sudah tidak terpakai bertahun-tahun.
  • Perasaan butuh untuk selalu menyimpan atau menimbun banyak benda
  • Tempat tinggal penderita penuh dengan benda yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan penghuninya (jadi berdebu, ruangan sempit, sumpek, dan lain-lain)
  • Benda yang ditimbun menimbulkan masalah di lingkungan sekitar, hubungan sosial, dan pekerjaan.
  • Kebiasaan menyimpan benda tidak terkait gangguan kesehatan lain, seperti cedera otak, skizofrenia atau gangguan obsesif kompulsif (OCD).
  • Curiga jika orang lain menyentuh barang miliknya.

 

Karena penyebab pastinya belum bisa diketahui, maka cara mencegah hoarding disorder  juga masih belum diketahui.


Namun, bila hoarding disorder terkait dengan gangguan mental, maka gangguan mental tersebut perlu diatasi sejak dini untuk mengurangi risiko perburukan hoarding disorder. Untuk mencegahnya mungkin kamu bisa belajar untuk :

  • Buat daftar benda-benda yang menumpuk di rumah dan pilih yang masih terpakai, yang mau disumbangkan dan yang perlu dibuang secara rutin (contoh: 3 bulan sekali).
  • Sumbangkan barang-barang kamu yang masih layak pakai kepada orang yang membutuhkan misalnya 3 bulan sekali.
  • Letakkan tempat sampah di setiap ruangan, seperti kamar, ruang tamu, dan dapur
  • Cobalah untuk membuat keputusan dengan cepat misal tetapkan 10 detik untuk mempertimbangkan apa efeknya jika barang ini dibuang atau disimpan.

 

Duh! Ternyata anggota keluargaku ada yang punya hoarding disorder nih! Dan ternyata kondisinya mengganggu banget karena jadinya rumahku penuh dengan barang yang tidak terpakai… 

Kalau aku buang secara “paksa”, kira-kira gimana ya? 

“Hoarding itu adalah bagian dari emotional distress jadi mengambil barang mereka tidak akan menyelesaikan masalah tapi malah membuat hubungan jadi buruk sehingga mereka tidak lagi mempercayai kamu. 

Penderita hoarding disorder butuh mengambil keputusan untuk diri mereka sendiri agar mereka mau benar-benar melepaskan barang-barang mereka, bukan dipaksa.” - Naomi Ernawati, M. Psi., Psikolog

 

Lalu apa yang harus dilakukan?

    1. Coba turunkan ekspektasi bahwa mereka akan mengijinkan kita membuang barangnya.
    2. Coba untuk memahami dan menerima dulu alasan kenapa mereka menimbun barang. Ajak ngobrol dengan empati sampai mereka mau terbuka apakah ada trauma atau stres apa yang dirasakan hingga mereka menimbun barang. 
    3. Perbanyak komunikasi asertif supaya mereka bisa menyadari bahwa ada yang salah dengan tindakan mereka sehingga akhirnya mereka punya keinginan sendiri untuk berubah. Contoh: ajak mereka memahami dampak nya pada orang lain: rumah jadi sempit dan tidak nyaman + tidak sehat untuk anggota keluarga lainnya.
    4. Jangan ambil paksa barang mereka, tapi juga jangan encourage mereka untuk melakukan hoarding. Jadi misalnya mereka suka hoarding pakaian, jangan ajak mereka belanja pakaian dulu sebelum menyortir pakaian yang sudah tak ia pakai.
    5. Ajak mereka untuk treatment bersama tenaga professional. 

 

Jadi dibandingkan fokus meminta mereka membuang barang atau membuangnya dengan paksa, cobalah memahami mereka dan memberikan mereka pertimbangan-pertimbangan hingga nantinya mereka bisa menyadari bahwa tindakan itu salah dan timbul keinginan untuk berubah atau mau diobati.

 

Kalau kamu atau keluargamu mengalami ini dan kamu merasa butuh bantuan psikolog untuk menanganinya, jangan ragu untuk atur jadwal konseling dengan psikolog Klee ya! Gunakan kode voucher "MULAIDARIKAMU" untuk dapatkan potongan harga sebesar 50%!

Kembali ke blog

Tulis komentar

Ingat, komentar perlu disetujui sebelum dipublikasikan.