Depresi Tapi Tetap Bisa Beraktivitas Penuh?

Depresi Tapi Tetap Bisa Beraktivitas Penuh?

Bagi kamu yang nonton drakor My Liberation Notes pasti tau siapa itu Yeom Mi Jeong yaitu si anak bungsu dari tiga bersaudara. Terlahir sebagai introvert, Yeom Mi Jeong yang pemalu selalu merasa kesepian dan tidak merasa puas dalam menjalani kehidupannya. Dia bertekad membuat perubahan dalam hidupnya dengan 'membebaskan' dirinya.


Dalam drama tersebut sudah terlihat jelas bahwa ia tidak bahagia dalam kehidupannya. Namun apa sih yang sebenarnya mungkin terjadi pada Yeom Mi Jeong?


“Dari dialog Mi Jeong yang mengatakan bahwa dia sudah merasakan perasaan low mood, tidak bahagia, lelah dan tidak punya energi untuk melakukan kegiatan dari kecil, jadi aku menduga bahwa dia punya kecenderungan ke arah high functioning depression atau dalam bahasa klinisnya disebut Persistent Depressive Disorder (PDD)/ Dysthymia.

Hal itu karena gejala yang ditunjukkan Mi Jeong cukup mirip dengan gejala umum dari PDD yakni kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari, merasa putus asa, low self esteem, dan susah merasa happy hingga biasanya aspek lain dari kehidupannya seperti aspek hubungan, sekolah, pekerjaan, dan lainnya juga dapat ikut dipengaruhi.” - Naomi Ernawati, M. Psi., Psikolog.


 

Apa bedanya dengan Major Depressive Disorder (MDD) yang biasa kita kenal sebagai gangguan depresi?

“Perbedaan PDD dengan MDD adalah gejala MDD biasanya berlangsung dengan sangat intens selama 2 minggu-an hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari. 

Sementara, gejala PDD berlangsung lebih lama (bisa lebih dari 2 tahun), namun gejala yang ia rasakan tiap hari tersebut masih tidak seberat gejala MDD sehingga dengan usaha penuh, ia masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, karena gejala PDD ini terasa lebih lama dan tidak seintens gejala MDD, penderita jadi mungkin bisa merasa terbiasa dan menganggapnya jadi bagian dari hidupnya walau sebenarnya kualitas hidupnya jadi menurun. Maka dari itu sebaiknya langsung cari pertolongan dari expert ya karena baik gejala PDD maupun MDD bisa berlangsung lama jika tidak ditangani dengan baik.”

 

Persistent Depressive Disorder (PDD)/ Dysthymia adalah bentuk depresi kronis jangka panjang. Penyebab PDD masih belum diketahui secara pasti. Namun, sama halnya seperti , MDD, PDD mungkin juga disebabkan oleh lebih dari satu penyebab:

  • Perbedaan Biologis: Mengalami perubahan fisik pada otak mereka. 
  • Perubahan kimia otak: Mengalami perubahan pada fungsi dan efek neurotransmitter
  • Sifat Bawaan: Distimia lebih sering terjadi pada orang yang kerabat dekatnya juga memiliki kondisi tersebut. Namun, para peneliti masih berusaha menemukan gen yang mungkin terlibat dalam menyebabkan depresi.
  • Peristiwa Kehidupan: Sama halnya dengan MDD, peristiwa berat seperti kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan, atau tingkat stres yang tinggi dapat memicu gangguan depresi persisten atau distimia pada beberapa orang.

 

Gejala PDD yang umumnya terjadi:

  • Tidak adanya minat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Merasa sedih, putus asa, hampa, dan terpuruk terus menerus.
  • Merasa lelah dan tidak berenergi.
  • Rendah diri, sering mengkritik diri sendiri, dan merasa tidak memiliki kemampuan apa-apa.
  • Mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan.
  • Mudah marah dan dapat marah secara berlebihan.
  • Menjadi kurang aktif, dan produktivitas menurun.
  • Cenderung ingin menghindari kegiatan sosial.
  • Merasa bersalah dan khawatir tentang masa lalu.
  • Nafsu makan menurun, atau sebaliknya, meningkat secara drastis.
  • Mengalami masalah tidur.
  • Pada anak-anak, gejala distimia dapat berupa perasaan depresi dan mudah marah.

 

“Ada beberapa hal yang bisa membantu meringankan gejala PDD yaitu dengan mengontrol stres, melakukan mindfulness breathing atau tidak sungkan untuk minta bantuan ke keluarga/teman jika memungkinkan.” - Naomi Ernawati, M. Psi., Psikolog.

 

Namun perlu dicatat bahwa untuk mendapat diagnosis secara tepat dan pasti tentang adanya Persistent Depressive Disorder (PDD) pada seseorang, diperlukan serangkaian pemeriksaan, seperti pemeriksaan fisik, uji laboratorium, serta tes psikologi dari tenaga profesional. Walau mengatasi gejala PDD dapat menjadi tantangan tersendiri tetapi, dengan melakukan kombinasi psikoterapi dan obat-obatan dari tenaga professional, PDD masih bisa dapat diobati.

 

Jika kamu merasa butuh tempat untuk bercerita, jangan ragu untuk daftar konseling dengan psikolog Klee ya!

Kembali ke blog

Tulis komentar

Ingat, komentar perlu disetujui sebelum dipublikasikan.