Dear Papa Mama, Stop Jadikan Salah Satu Anak sebagai “Anak Emas”!
Dari zaman dulu memang fenomena anak emas ini ga abis-abis ya hypenya. Jaman sekarang “menganakemaskan” juga dikenal dengan istilah “playing favorite” yang singkatnya berarti orang tua berperilaku secara pilih kasih.
Sebagian besar orang tua mungkin akan membantah kalau dirinya memiliki anak kesayangan. Namun, sebuah penelitian menemukan bahwa hampir 85% responden orang dewasa merasa ibunya punya anak favorit ketika masih kecil. Ditemukan juga bahwa orang tua memang menunjukkan perilaku yang berbeda ke masing-masing anak-anak mereka dan masing-masing anak pun memiliki standar yang berbeda dalam melihat perbedaan ini sehingga fenomena “anak emas” ini sangatlah mungkin terjadi.
Biasa yang dianakemaskan itu selalu anak yang sesuai ekspektasi orang tua kah?
Kemungkinan besar iya, tapi tidak selalu. Ada juga faktor usia dimana orangtua berinteraksi dan mendisiplinkan anaknya berdasarkan usia anaknya.
Contoh: Yang usianya lebih dewasa diajarkan untuk mengalah dengan yang lebih muda atau sebaliknya. Selain perbedaan umur, keterbatasan tiap anak dan kepribadian anak-anak juga dapat mendasari perbedaan perlakuan orang tua yang dilihat oleh anak-anak.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor penting yang mempengaruhi bagaimana manusia akrab dengan sesamanya adalah tentang cocok/ tidaknya kepribadian individu tersebut dengan mereka. Walau kebanyakan orang tua mencintai dan merawat semua anaknya, namun biasanya mereka akan menemukan anak yang lebih cocok dengan mereka.
Perbedaan dalam bagaimana orang tua memperlakukan anak-anaknya dipengaruhi oleh gen anak mereka. Para orang tua memperlakukan kembar identik, yang kesamaan DNA 100%, lebih setara daripada ketika mereka merawat kembar non-identik, yang kemiripan DNA-nya hanya memiliki 50%. Semakin berbeda kepribadian masing-masing anaknya, maka dapat semakin berbeda pula perlakuan orang tua terhadap masing-masing.
Peran orangtua adalah memperlakukan tiap anak secara adil sesuai karakter dan kebutuhan anak. Secara adil disini tidak selalu berarti diperlakukan sama persis melainkan dengan detail memperhatikan karakter & kebutuhan tiap anaknya.
Contoh: Anak yang lebih kecil akan dapat uang jajan yang lebih kecil sesuai kebutuhannya. Anak yang lebih besar akan diberikan uang jajan yang lebih besar juga sesuai kebutuhannya juga. Jadi memang tidak selalu diberikan sama persis namun tetap dengan adil.
Ketika orangtua tidak dengan detail memperhatikan karakter & kebutuhan tiap anaknya, maka akan ada kecenderungan orangtua untuk memperlakukan anaknya secara pilih kasih. Mungkin orang tua gak sengaja berperilaku pilih kasih sehingga muncul kesan “menganakemaskan” tapi yang dirasakan anak lainnya bisa aja berbeda seperti merasa diabaikan, kurang disayangi, kurang berharga, iri, sakit hati dan sebagainya. Sikap pilih kasih dari orang tua bahkan dapat memecah belah saudara kandung hingga menimbulkan sibling rivalry baik di masa kecil maupun hingga dewasa.
Namun berdasarkan penelitian, penjelasan orang tua tentang mengapa mereka memperlakukan tiap anak berbeda dapat mengubah pandangan anak-anak. Penjelasan yang disampaikan dengan baik dari orang tua akan membuat tingkat stres anak lebih rendah.
Tips agar kamu nanti tidak “menganakemaskan” salah satu anak:
1. Introspeksi dengan bertanya pada anak
Jika kamu adalah orangtua atau calon orangtua cobalah nanti untuk sesekali bertanya kepada anak-anakmu di rumah: “Sejujurnya, apakah selama ini kamu merasa dicintai oleh mama/papa? Menurut kamu, sejujurnya apakah selama ini mama/papa telah mencintai dan memperlakukan kamu dengan yang lainnya secara adil?”
2. Pahami love language tiap anak.
Setiap anak bisa merasa sangat dicintai dengan cara yang berbeda-beda.
Contoh:
Ada yang merasa dicintai ketika dielus-elus kepalanya, ada yang malah merasa risih dan lebih suka dipuji. Ada 5 bahasa cinta yaitu physical touch, quality time, words of affirmation, act of service dan gift. Dengan mengenali dan memperlakukan mereka sesuai dengan bahasa cinta mereka masing-masing juga dapat membantu mereka merasa dicintai dengan adil.
3. Banyaklah mendengar.
Jangan abaikan masalah mereka dan perasaan mereka. Peka terhadap perasaan anak dan cari tahu untuk memahami mengapa mereka dapat merasa seperti itu.
4. Berikan penjelasan.
5. Lihatlah setiap anak sebagai pribadi yang unik
Pahami betul bahwa setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan. Mereka juga memiliki keahlian di bidang yang bisa berbeda-beda karena memang tiap manusia diciptakan secara unik. Jadi, usahakanlah untuk tidak membandingkan dengan merendahkan atau meninggikan satu dengan yang lainnya. Coba fokus terhadap apa yang tiap anak lakukan dengan baik, tanpa mengadu mereka satu sama lain.
Kalau kamu merasa butuh tempat bercerita atau bantuan psikolog, kamu bisa loh konseling dengan psikolog Klee! Gunakan kode promo "MULAIDARIKAMU" untuk dapatkan potongan harga sebesar 50%!
Referensi :
Meunier, J. C., Bisceglia, R., & Jenkins, J. M. (2012). Differential parenting and children's behavioral problems: Curvilinear associations and mother–father combined effects. Developmental Psychology, 48(4), 987–1002. https://doi.org/10.1037/a0026321
Fiese, B. H., Celano, M., Deater-Deckard, K., Jouriles, E. N., & Whisman, M. A. (Eds.). (2019). APA handbook of contemporary family psychology: Applications and broad impact of family psychology. American Psychological Association. https://doi.org/10.1037/0000100-000
Avinun, R., & Knafo, A. (2014). Parenting as a reaction evoked by children’s genotype: A Meta-Analysis of Children-as-Twins Studies. Personality and Social Psychology Review, 18(1), 87–102. https://doi.org/10.1177/1088868313498308
Kowal, A., & Kramer, L. (1997). Children’s understanding of parental differential treatment. Child Development, 68(1), 113–126. https://doi.org/10.2307/1131929