Apapun Permasalahannya, Tidur adalah Jalannya. Bahayakah?

Apapun Permasalahannya, Tidur adalah Jalannya. Bahayakah?

Tidak sedikit orang yang mengasosiasikan tekanan dengan tidur. Dalam psikologi ada konsep yang disebut "learned helplessness" yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek tertentu dari depresi dan kecemasan.


Dalam sebuah studi, dilakukan eksperimen terhadap hewan (anjing) yang dibagi menjadi dua kelompok: Kelompok pertama menjadi sasaran setruman listrik tetapi diberi cara untuk menghentikan setruman (mereka hanya harus mencari tahu sendiri). Kelompok kedua menerima setruman tetapi tidak diberikan cara untuk menghindari, melarikan diri, atau menghentikan setruman itu.

 

Hasilnya, pengalaman itu memiliki efek jangka panjang pada hewan. Ketika dihadapkan dengan lingkungan yang penuh tekanan di kemudian hari, kelompok yang pertama melakukan apapun yang mereka bisa untuk mencoba menghadapinya; sedangkan kelompok kedua menyerah begitu saja. 

 

Jenis ketidakberdayaan (learned helplessness) ini tidak terbatas pada hewan; banyak orang dewasa juga melakukan yang sama ketika berada dalam situasi yang tidak terkendali. 

 

Sebagian orang bahkan memiliki impuls 'tidur' (langsung menguap ngantuk) setiap kali menghadapi situasi yang penuh tekanan dan merasa kewalahan karena sudah terbiasa menjadikan tidur sebagai coping mechanism. 

 

Contohnya: Ketika orangtuanya sering bertengkar hebat, banyak anak tidak tau harus berbuat apa sehingga yang paling diingat bukanlah emosi kesedihan dan kemarahan saja melainkan perasaan tidak berdaya. Hal ini membuat ia memilih untuk tidur. Lagi pula ketika 

seseorang tidur, semua sistem stres di tubuhnya meredam sehingga ketegangan yang ia rasakan berubah menjadi lebih relax.

 

Dalam kasus tertentu, tidur ketika merasa kewalahan ini wajar dan dapat membantu menurunkan kecemasan seseorang. Namun ketika ada masalah apapun dibawa tidur sebagai pelarian saja hingga akhirnya ia jadi tidur secara berlebihan maka kondisi ini dapat menjadi berbahaya baik secara fisik maupun mental.

 

Kondisi tidur berlebihan sering dikaitkan dengan gejala gangguan mental yaitu depresi atipikal atau atypical depression. Mereka yang depresi cenderung merasa tidak berdaya dalam menghadapi masalah kehidupan yang ada. 

 

Oleh karena itu, tidur berlebih bisa menjadi salah satu cara mereka untuk lari dari masalah yang ada. Padahal, kenyataannya ketika ada gejala depresi, tidur lebih banyak dan lama tidak selalu dapat menurunkan rasa lelah setelah bangun karena faktor utama dari depresi bukan lelah fisik, tetapi kelelahan secara emosional. 

 

Oleh karena itu, ketika merasa tertekan di situasi yang kamu rasa tidak bisa dikendalikan, usahakanlah untuk coba memperbanyak cara coping kamu yaitu dengan cara melakukan hal-hal lainnya selain tidur, contohnya:

  • Journaling 
  • Menuliskan perasaan yang kamu rasakan akibat situasi yang tidak bisa kamu kendalikan akan melatih kamu untuk mengakui dan memproses emosi kamu sehingga tidak terpendam dalam alam bawah sadar dan menimbulkan efek buruk dalam jangka panjang.

  • Berlatih mindfulness, berdoa atau meditasi
  • Berdoa/meditasi dapat menjernihkan kembali pikiran seseorang yang sudah kewalahan.

  • Konsultasi dengan tenaga profesional
  • Psikolog dapat membantu kamu untuk menemukan coping mechanism lainnya yang cocok dan efektif untuk mengatasi perasaan kewalahan kamu sehingga kamu juga bisa mencari jalan keluar atas masalah kamu.

     

    Kalau kamu merasa butuh bantuan psikolog untuk mengatasi permasalahanmu, jangan ragu untuk konseling dengan psikolog Klee untuk membantumu ya! Gunakan kode voucher "MULAIDARIKAMU" untuk dapatkan potongan harga sebesar 50%!

    Kembali ke blog

    Tulis komentar

    Ingat, komentar perlu disetujui sebelum dipublikasikan.